Kritik Penafsiran Ṭayran Abābīl dalam Tafsir Muhammad Abduh
DOI:
https://doi.org/10.30631/qudwahquraniyah.v1i2.2123Keywords:
Kritik Tafsir, Ṭayran Abābīl , Muhammad AbduhAbstract
-
Permasalahan pokok yang akan dibahas pada jurnal ini dilatar belakangi ketika Muhammad Abduh menafsrikan kata á¹ayran abābīl sebagai nyamuk, lalat, mikroba dan virus. Hal ini tentunya menuai berbagai kritikan baik itu dari segi bahasa, ilmu pengetahuan dan sains serta mendapatkan kritik dari ulama tafsir lainnya. Maka dari itu penulis bertujuan untuk melakukan kritik penafsiran kata á¹ayran abābīl dalam tafsir Muhammad Abduh. Penelitian ini merupakan penelitian pustaka yang menggunakan pendekatan kritik tafsir yang ditulis oleh Muhammad Ulinnuha. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa dari segi ideologi Muhammad Abduh tergolong kepada ahlusunnah yang mengedepankan rasio. Namun ketika mengedepankan rasio tampaknya Abduh terlalu jauh menafsirkannya, sehingga terkesan menafsirkan ayat yang bersifat khawariqul-'adah ‘luar biasa' kepada sunnatullah (hukum alam) yang biasa-biasa saja. Dari segi sumber Abduh memasukan hadis yang masih diperdebatkan ke shahihannya. Jika dicermati penafsiran Abduh yang menyebutkan á¹ayran abābīl dengan virus, mikroba, nyamuk dan lalat, nampak ketidak cocokan karena jika ditinjau dari makna asalnya kata á¹ayran itu bermakna "burung”. Hal ini juga berseberangan dengan fakta ilmiah karena penyakit cacar tidak membuat daging berjatuhan dari tubuh manusia. Dari segi bahasa huruf Fa' pada ayat kelima ini menunjukan waktu yang singkat antara peristiwa yang ditunjuk oleh kata sebelum Fa' dengan peristiwa yang ditunjuk kata sesudah Fa', lain halnya jika menggunakan kata tsumma. Selain itu tidak mungkin rasanya mengartikan kata á¹ayran abābīl sebagai virus, kuman ataupun mikroba. Secara bahasa itu sangat tidak memungkinkan dan maknanya menjadi tidak tepat, sebab akan bermakna "dan Dia mengirimkan kepada mereka kuman-kuman yang melempari mereka dengan batu”.






