Epistemologi Pemahaman Orientalis Tentang Kisah Isa dalam Al-Qur’an

Authors

  • Munawaroh Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga
  • Inayah Rohmaniyah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

DOI:

https://doi.org/10.30631/k2afn538

Keywords:

epistemologi, orientalis, Isa, Al-Qur'an

Abstract

Penelitian ini dilatar belakangi oleh penemuan keberagaman terkait pemahaman kisah Isa dalam al-Qur’an dari para Orientalis. Kajian ini bertujuan untuk mengungkap epistemologi pemahaman orientalis mengenai kisah Isa sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an. Ada tiga tujuan utama yang hendak dicapai dalam penelitian ini. Pertama, menjelaskan bentuk-bentuk pemahaman orientalis tentang kisah Isa dalam Al-Qur'an. Kedua, menganalisis sumber rujukan yang digunakan para orientalis dalam menafsirkan kisah Isa, termasuk metode yang mereka terapkan dalam struktur epistemologi mereka. Ketiga, menelaah lebih mendalam mengenai implikasi epistemologi orientalis terkait isa dalam al-Qur’an. Desain penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode analisis isi (content analysis) untuk mengeksplorasi dan memahami epistemologi orientalis terhadap kisah Isa dalam al-Qur’an. Proses pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik dokumentasi, di mana data yang relevan diperoleh dari berbagai sumber yang dapat diakses publik. Setelah data terhimpun, langkah berikutnya adalah melakukan analisis kritis terhadap kerangka berpikir yang menjadi dasar pandangan mereka, yang selanjutnya akan dianalisis menggunakan teori-teori epistemologi yang relevan. Kajian ini menunjukkan bahwa pemahaman orientalis tentang kisah Isa dalam al-Qur'an sangat dipengaruhi oleh latar belakang ideologis dan metodologis mereka. Orientalis cenderung menafsirkan kisah Isa dalam al-Qur'an dengan pendekatan yang lebih historis-komparatif, sering kali membandingkannya dengan teks-teks Kristen, yang menciptakan kesan adanya pengaruh teologi Kristen dalam penggambaran Isa. Hal ini terlihat jelas dalam pandangan tokoh-tokoh seperti Richard Bell, John Wansbrough, dan Karel Steenbrink, yang menolak konsep Trinity dalam al-Qur'an dan menekankan bahwa Isa adalah nabi besar yang diberi mukjizat oleh Allah, tetapi tidak dianggap Tuhan. Penafsiran ini menunjukkan bahwa meskipun ada kesamaan dalam narasi antara al-Qur'an dan Alkitab, ada perbedaan signifikan dalam pemahaman teologis yang membedakan keduanya.

Downloads

Published

2025-06-02

Issue

Section

Articles