SENTRALITAS KITAB KUNING DALAM NALAR KEILMUAN PESANTREN DI INDONESIA
Keywords:
Pesantren, Kitab Kuning, Tradisi Ilmiah, Peradaban Islam NusantaraAbstract
Artikel ini ditujukan untuk mengemukakan peran sentral kitab kuning dalam bangunan arsitektur keilmuan di Pondko Pesantren atau Pesantren. Sebuah proses yang berjalan cukup lama dalam lintasan sejarah, dimulai secara embriotik saat Maulana Malik Ibrahim atau Sunan gresik yang mendirikan Pesantren (Lembaga Pendidikan Qur;an) di jawa, atau menurut Van de Chijs di mulai saat didirikan Pondok pesantren dalam arti yang sesungguhnya di daerah Tegal Sari pada tahun 1742. Untuk mengungkapkan tukuan tulisan ini penulis memulainya dengan memaparkan sejarah lahirnya pondok pesantern, dilanjutkan dengan pembahasan mengenai tradisi keilmuan dan metode pengajaran di Pesantren, struktur sosial dan keilmuan di Pesantren, dan diakhiri dengan ulasan tentang Kitab Kuning dalam tradisi keilmuan di Pesantren. Hasilnya penulis menemukan bahwa secara historis pondok pesantren banyak dimasuki unsur pendidikan Hindu-Budha di Jawa dalam bentuk padepokan yang diakumulasikan dengan tradisi pendidikan Islam dalam bentuk masjid bersistem halaqah, yang dalam perkembangan selanjutnya banyak dipengaruhi oleh sistem madrasah tradisional di Arabia dan India. Pesantren dalam bentuk awalnya, cenderung identik dengan pengajian al-Qur’an atau pengajian kitab, yang kental dengan tradisi tasawufnya. Baru pada perkembangan selanjutnya di abad 19, ketika pesantren dicirikan secara khas, corak tasawuf pesantren dapat dilepaskan sedikut demi sedikit karena pensentuhan umat Islam atau para kyai dengan sistem tradisi dan sistem pendidikan Islam global. Namun demikian hingga kini ada satu yang tidak berubah dari pesantren adalah bahwa mereka tetap berpegang teguh pada tradisi Kitab Kuning sebagai pusat bangunan keilmuan Islam di nusantara.

.png)










